KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
Oleh
: Ali Almustofa
CGP
Angkatan 7 Kabupaten Grobogan
Pendidikan adalah suatu proses yang
sistematis dan terencana, bukan hanya sekedar mengajarkan murid tentang
teori/materi/konten namun bagaimana semua itu masuk kedalam kalbu alam pikir mereka
sehingga semua akan berdampak pada perilaku dan karakter karena manusia beradab
lebih baik dari orang berilmu. Ilmu yang baik dilandasi oleh karakter baik
sehingga murid dapat menjalankan kehidupan dengan Bahagia dan keselamatan
setinggi-tingginya.
Seorang pendidik harus mampu menjadi
telaadan utama bagi murid-muridnya, dengan keteladanan perkataan maupun tindakan semua tercermin
dalam kesehariannya. Menjadi pendidik berarti kita siap menjadi role model
semua nilai kebajikan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di
lingkungan kita tinggal.
Kita sebagai pendidik harus mampu
berkontribusi bagi peserta didik, setiap keputusan yang kita ambil harus
berpihak kepada murid dengan dilandasi nilai-nilai kebajikan. Pendidik
berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran dan keteladanan.
Hal ini sejalan dengan kalimat bijak
berikut ini,
“ Pendidikan adalah sebuah seni untuk
membuat manusia menjadi berperilaku
etis.” (Georg Wilhelm Friedrich Hegel).
Memahami kalimat bijak tersebut
Pendidikan merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter ,
norma -norma sehingga akan menjadi
generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan
kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini
yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri
ini di masa depan.
Setelah kita mencoba memahami dua
kalimat bijak tersebut, berikut ini adalah jawaban dari soal modul 3.1 koneksi
antar materi Pendidikan guru penggerak Pengambilan keputusan
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara
dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan
sebagai seorang pemimpin? Ki Hajar Dewantara dengan filsofi triloka memiliki
pengaruh bagaimana seorang guru memngambil keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. Semboyan yang pernah dicetuskan oleh KHD dan sampai saat ini
masih menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho
(Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang
pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari
tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari
belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan
teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan
dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Semboyan yang fenomenal dan memiliki makna
mendalam dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan selalu
berpihak kepada murid untuk menjadikan generasi cerdas dan berkarakter profil
pelajar Pancasila. Hal ini dapat kita lakukan selama proses pembelajaran di
sekolah. Tidak hanya konten kurikulum namun transfer nilai -nilai kebajikan
dapat kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran
dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan
yang bertanggungjawab dan humanis
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam
dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam
pengambilan suatu keputusan? Proses pengambilan keputusan yang bertanggung
jawab, dan kompetensi kesadaran diri
(self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social
awareness) dan keterampilan berhubungan sosial
(relationship skills) akan mewujudkan Tut wuri handayani dengan
memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi semua warga sekolah tak
terkecuali murid-murid kita. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri
pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak
akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan.
Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan
dan kebijakan – kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan
Bagaimana materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan
tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut? كيف ربح المال
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah
dibahas pada sebelumnya Sebagai pendidik, guru harus memiliki keterampilan
coaching. Hal ini sangat membantu dalam pengambilan keputusan. Pendampingan
kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) oleh
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran sangat efektif membentu
pemahaman saya, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan. Beberapa contoh
praktik coaching yang baik memberi gambaran utuh untuk dapat diterapkan di
sekolah. Keputusan-keputusan dengan teknik coaching yang berlandaskan etika,
nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid
dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik coaching dengan
kesetaraan tidak menggurui akan
menimbulkan rasa nyaman sehingga coach mampu
mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari
coachee. Coachee dapat menyampaikan hambatan – hambatan dan dapat menemukan
solusi yang sesuai karena coach mampu menjadi penedengar yang baik. Hal ini penting karena pada akhirnya
menciptakan situasi kondusif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik
dan tenaga pendidik. Keterampilan coaching juga dapat menumbuhkan kreativitas
dan inovasi peserta didik. Dengan coaching guru dapat mengatasi permasalahan
yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru
memiliki harapan seluruh siswanya dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban
yang diberikan di sekolah sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola
dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan
suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? Kemampuan guru dalam mengelola
dan menyadari sosial emosional sangat mempengaruhi pengambilan keputusan.
“BAPER”dapat mewarnai setiap keputusan yang diambil, namun pendidik menyadari
setiap keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada dan melakukan 9
langkah pengambilan keputusan. Sehingga dengan kedua dasar tersebut kita dapat
membedakan dilemma etika atau bujukan moral. Sosial emosional akan menumbuhkan
empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Dengan simpati dan empati kita
dapat merasakan apa yang peserta didik alami, dan kita dapat mengidentifikasi
permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam pengambilan keputusan kita dapat
menggiring murid menciptakan terobosan yang inifatif dan kreatif sebagai
alternatif solusi dalam setiap pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin
pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada murid, berbasis etika dan
nilai kebajikan dengan memetakan 4 paradigma dilema etika yaitu individu vs masyarakat,
rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs
jangka panjang. Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan
keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan
prinsip berbasis rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan
keputusan. Sembilan keputusan tersebut yaitu:
Mengenali nilai-nilai yang saling
bertentangan
Menentukan siapa saja yang terlibat
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
Pengujian benar atau salah yang
didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan
koran, uji keputusan panutan/idola
Pengujian paradigma benar lawan benar
Prinsip Pengambilan Keputusan
Investigasi Opsi Trilemma
Buat Keputusan
Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan
Bagaimana pembahasan studi kasus yang
fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik? Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau
etika akan semakin mengasah empati dan simpati seorang pendidik. Empati dan
simpati yang terlatih akan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma
dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih
bijak. Tentu saja rasa empati dan pengelolaan diri dengan kesadaran penuh
(Mindfulness) akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut.
Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga
dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga
dapat dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral.
Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat
mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua
pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
Bagaimana pengambilan keputusan yang
tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman. Keputusan yang kita ambil akan berdampak pada imlementasi
pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap keputusan yang kita
ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan,
bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita dapat
menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga
murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya.
Terwujudnya murid yang Bahagia, cerdas dan berkarakter.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan
Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema
etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Pengambilan keputusan berlandaskan tiga prinsip penyelesaian dilema, mana yang
akan dipakai apakah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking),
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis
Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Semua tergantung situasi dan kondisi yang
ada. Namun setiap keputusan pasti ada
resiko, pro dan kontra, hal ini menjadi salah satu tantangan. Tantangan yang
saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus – kasus dilemma etika
adalah tidak dapat memuaskan semua pihak sehingga ini merupakan satu ganjalan
bagi saya. Namun 9 langkah pengambilan keputusan yang saya coba lakukan dapat
meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima
oleh semua pihak.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan
yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang
berbeda-beda? Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran
memerdekakan murid -murid kita adalah merdeka belajar. Merdeka belajar artinya
murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa
ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan
sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang
diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Dengan
kata lain semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru
berfungsi untuk memfasilitasi, memoles bakat dan minat yang sudah ada.
Kurikulum merdeka sangat berorientasi pada murid, hal ini terlihat dari
kurikulum kelas X di SMA tidak ada lagi kotak-kotak jurusan MIPA, IPS dan
Bahasa. Semua siswa menerima materi pelajaran secara utuh dan mendalam. Siswa
diberikan kebebasan memilih mata pelajaran sesuai bakat dan minat serta
kebutuhannya di kelas XI. Hal ini sangat menguntungkan siswa, siswa mempelajari
mata pelajaran sesuai keinginan. Guru hanya memberi gambaran, fasilitas dan
mengkondisikan siswa agar memilih secara bertanggungjawab dan sesuai bakat,
minat serta kebutuhan. Proses pembelajaran di kelas, guru menyampaikan
pembelajaran berdiferensiasi hal ini
merupakan satu contoh keputusan yang berpihak pada murid. العاب روليت
Menerapkan secara eksplisit maupun implisit KSE adalah wujud nyata untuk memfasilitasi dan mengasah
keterampilan social smosional murid-murid kita.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran
dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya? Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa setiap
pengambilan keputusan akan membawa dampak baik jangka pendek VS jangka panjang
bagi murid-murid. Semua akan terekam dalam memori dan akan menjadi role model
bagaimana kelak murid -murid berpikir dan berpijak. Bagaimana dia mengambil
keputusan di masyarakat dikemudian hari. Pengambilan keputusan bagi seorang
pendidik harus keputusan yang tepat, benar dan bijak melalui pengujian benar
salah menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji
publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan
kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul
materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya? Kesimpulan akhir
yang saya peroleh dari pembelajatana materi ini dan keterkaitannya dengan modul
sebelumnya adalah pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang
harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar
Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Secara sadar keputusan
itu akan mewarnai pola pikir dan karakter bagi murid-murid. Sekolah sebagai
Lembaga yang melakukan proses transfer ilmu dan karakter selalu memberikan
pelayanan kepada murid-murid tentu saja banyak pengambilan keputusan yang
mewarnai kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran secara
sadar mengambil keputusan bijak, dengan mengedepankan regulasi kesepakatan
kelas, keyakinan kelas untuk mewujudkan karakter dan budaya positif dalam
kelas. Pengambilan keputusan harus bertujuan mewujudkan budaya positif dan
menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman (well being). ربح المال Suasana tersebut akan
berdampak melejitkan kompetensi baik itu
pendidik maupun murid. Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki
kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya. Murid yang cerdas
dan berkarakter, menuju profil pelajar
Pancasila sesuai harapan kita semua. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar
pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan
panduan sembilan langkan pengambilan keputusan dan pengujian keputusan untuk
memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada
murid demi terwujudnya merdeka belajar. Pembelajaran diferensiasi merupakan
salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan pembelajaran berdiferensiasi
maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat dan kecenderungan gaya
belajarnya. Pembelajaran kokulikuler juga salah satu implementasi untuk
mewujudkan karakter pelajar Pancasila. Berbagai tema dan dimensi yang disiapkan
memungkinkan murid terbiasa dengan
nilai-nilai positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan
bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan
keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal
yang menurut Anda di luar dugaan? Yang saya fahami dari konsep-konsep modul ini
adalah Ada 4 paradigma pengambilan keputusan
1.
Individu lawan masyarakat
2.
kebenaran lawan kesetiaan
3.
keadilan VS belas kasihan
4.
Jangka Pendek VS jangka panjang
Ada 3 prinsip mengambil keputusan
1.
berfikir berbasis akhir
2.
berfikir berbasi aturan
3.
berfikir berbasi rasa peduli
Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian
keputusan
1.
Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang
salingbertentangan
2.
Menentukan siapa yang terlibat dalam
situasi ini
3.
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
dalam situasi ini
4.
Pengujian benar atau salah (uji legal,
uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
5.
Pengujian paradigma benar atau salah
6.
Prinsip pengambilan keputusan
7.
Investigasi tri lema
8.
Buat keputusan
9.
meninjau kembali keputusan dan
refleksikan
Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan
adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai
pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9
langkah pengujian pengambilan keputusan. Selama ini saya berpikir terlalu cepat
dan reaktif sehingga keputusan yang saya ambil perlu ditinjau kembali agar
tidak merugikan banyak orang.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah
Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral
dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul
ini? Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika. Namun
tidak mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil
biasanya hanya dari dua hal yang pertama sesuai dengan regulasi dan tidak
merugikan orang lain. Tidak melalukan uji benar vs benar. Dalam modul ini saya
belajar Langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat karena
ada 5 uji benar vs benar.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini
buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan
sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini? Sebelumnya izinkan saya
bersyukur atas apa yang sudah saya temui pada modul 3.1 ini. Banyak ilmu yang
saya terima dan insyaalloh akan sangat bermanfaat untuk hari ini dan masa yang
akan datang. Konsep yang saya pelajari memberikan dampak luar biasa bagi pola
pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul ini saya berpikir bahwa pengambilan
keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata banyak hal yang menjadi
dasar, ada 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual
vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short
term vs long term). Serta konsep pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga
saya lebih yakin dengan apa yang sudah saya tetapkan sebagai satu keputusan.
Saya berencana akan mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik
sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam ikut serta pengambilan kebijakan di
sekolah dan komunitas praktisi yang saya ikuti.
Saya berharap pengambilan keputusan yang saya lakukan akan selalu berpihak
pada murid.
Seberapa penting mempelajari topik modul
ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin? Bagi
saya materi pada modul 3.1 sangat penting dan bermakna. Di lingkungan sekolah
guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan
yang akan dikeluarkan menghasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai
perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar
Pancasila. Guru harus memiliki keterampilan pengambilan keputusan untuk dapat
mewujudkan itu semua. Keputusan yang bernilai kebajikan dan mampu
mengimplementasikan 9 langkah pengambilan keputusan, sesuai 4 paradigma 3 prinsip penyelesaian dilemma serta
tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu: Uji Intuisi
berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji
publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir
(Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola
berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking),
dimana ini berhubungan dengan golden rule . Demikian koneksi antar materi yang
saya paparkan, saya menyadari masih sedikit ilmu yang saya peroleh untuk itu
mohon masukan dan informasi mendalam untuk perbaikan. Saya berharap selalu
dapat memperbaiki proses menjadi lebih baik, karena saya yakin proses tidak
akan menghianati hasil. Guru tergerak, bergerak dan menggerakan. Guru bergerak
Indonesia maju.