Sabtu, 11 Februari 2023

 

Budaya Positif

Budaya positif merupakan suatu kegiatan yang bernilai positif yang dapat menumbuhkan karakter murid. Untuk mewujudkan budaya positif harus dilakukan sejak dini karena membutuhkan waktu yang lama dan konsisten. Guru dapat menerapkan budaya positif di lingkungan sekolah dengan cara berkolaborasi antara guru dengan warga sekolah.

Berikut adalah konsep inti dari budaya positif

1.    Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebijakan Universal

Disiplin positif merupakan unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang guru cita-citakan di sekolah. Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa “dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat “self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka”. (Ki Hajar Dewantara, Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cedtakan Kelima, 2013, Halaman 470)

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat kita ketahui bahwa murid yang merdeka adalah murid yang mempunyai disiplin diri yang memiliki motivasi internal bukan motivasi eksternal. Murid yang memiliki disiplin diri mereka dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mempunyai dasar tindakan dan tujuan mulia yaitu nilai-nilai kebajikan universal. Salah satu nilai-nilai kebajikan universal yaitu Profil Pelajar Pancasila, yang meliputi Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebhinekaan Global, Bergotong royong, dan Kreatif.

2.    Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

Setiap murid yang ada di sekolah kita tentunya mempunyai motivasi dalam melakukan suatu hal. Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia, yaitu untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, dan untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

 

Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga, karena motivasi ini merupakan motivasi intrinsik yang dapat berdampak jangka panjang dan tidak terpengaruh dengan hukuman maupun hadiah.

Setiap murid pasti pernah melakukan pelanggaran, seperti berangkat tidak tepat waktu, tidak mengerjakan tugas, tidak melaksanakan piket kelas, dan sebagainya. Kadang kita sebagai guru sering memberikan hukuman atau konsekuensi terhadap murid yang melakukan pelanggaran. Hukuman dan konsekuensi merupakan dua hal yang berbeda. Hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba, hukuman biasanya bersifat satu arah yaitu hanya guru yang memberikan hukuman dan murid hanya menerima hukuman tersebut tanpa melalui suatu kesepakatan atau arahan dari guru, hukuman dapat berupa fisik maupun psikis sehingga dapat menyakiti murid. Sementara konsekuensi sudah direncanakan atau disepakati antara guru dengan murid, dalam jangka pendek murid tetap dibuat tidak nyaman, dan pada pelaksanaan konsekuensi guru akan senantiasa memonitor murid.

Hukuman dan konsekuensi akan menimbulkan jangka pendek, oleh sebab itu guru perlu menerapkan restitusi jika terdapat pelanggaran di sekolahnya. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)

3.    Keyakinan Kelas

Keyakinan kelas bersifat lebih abstrak daripada peraturan yang lebih rinci dan konkrit. Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal dan senantiasa dibuat dalam bentuk positif. Keyakinan kelas dibuat tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas dan dapat diterapkan dalam keseharian. Guru dapat melibatkan murid untuk membuat keyakinan kelas.

Pembentukan keyakinan kelas mempunyai dampak besar terhadap keberhasilan pembelajaran, karena jika dilaksanakan oleh guru dan murid dengan penuh kesadaran maka akan menimbulkan perubahan tingkah laku positif sehingga budaya positif di kelas dapat terbentuk. Keyakinan kelas yang sudah dibuat sebaiknya tidak hanya diterapkan di dalam kelas saja, tetapi terus berlanjut pada keseharian sehingga budaya positif dapat terbentuk di lingkungan sekolah.

 

 

 

4.    Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

Menurut Dr. William Glasser dalam “Choice Theory” terdapat lima kebutuhan dasar manusia yaitu: Kebutuhan bertahan hidup, Kasih sayang dan rasa diterima, Penguasaan, Kebebasan, dan Kesenangan. Kelima kebutuhan dasar manusia ini jika terpenuhi maka akan berdampak positif. Akan tetapi jika kebutuhan dasar manusia ini tidak terpenuhi maka akan berdampak negatif. Seorang guru haruslah memahami kebutuhan dasar manusia ini, untuk mengetahui kebutuhan dasar apa yang sudah terpenuhi atau akan dipenuhi oleh murid-muridnya untuk mencapai dunia yang berkualitas.

5.    Lima Posisi Kontrol

Salah satu program disiplin positif yang berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen adalah lima posisi kontrol. Lima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat merasa bersalah, Teman, Pemantau, dan Manajer. Lima posisi kontrol yang baik diterapkan dalam pembelajaran adalah posisi manajer. Hal ini dikarenakan pada posisi manajer guru akan fokus pada murid, bukan untuk membahagiakan guru atau orang tua, sehingga akan berdampak murid dapat mengevaluasi dirinya untuk menjadi diri yang lebih baik.

6.    Segitiga Restitusi

Diane Gossen dalam bukunya Restitution; Restructuring School Discipline, (2001) telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orang tua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi, yang Bernama segitiga restitusi/restitution triangle. Segitiga restitusi terdiri dari tiga tahapan yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan pada murid. Pemecahan masalah dengan menggunakan segitiga restitusi diharapkan dapat menjadikan murid lebih kuat secara pribadi, membuka wawasan murid agar dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri, dan membuat murid semakin percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, dan merdeka.

  MODUL 3.3 KONEKSI ANTAR MATERI PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID Ali Almustofa CGP Angkatan 7 Kabupaten Grobogan   1...