Budaya Positif
Budaya positif merupakan suatu kegiatan
yang bernilai positif yang dapat menumbuhkan karakter murid. Untuk mewujudkan
budaya positif harus dilakukan sejak dini karena membutuhkan waktu yang lama
dan konsisten. Guru dapat menerapkan budaya positif di lingkungan sekolah
dengan cara berkolaborasi antara guru dengan warga sekolah.
Berikut adalah konsep inti dari budaya
positif
1.
Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebijakan Universal
Disiplin positif merupakan unsur utama
dalam terwujudnya budaya positif yang guru cita-citakan di sekolah. Bapak
Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa “dimana ada kemerdekaan,
disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat “self
discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya,
tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline,
wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah
harus ada di dalam suasana yang merdeka”. (Ki Hajar Dewantara, Pemikiran,
Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cedtakan Kelima, 2013, Halaman 470)
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
kita ketahui bahwa murid yang merdeka adalah murid yang mempunyai disiplin diri
yang memiliki motivasi internal bukan motivasi eksternal. Murid yang memiliki
disiplin diri mereka dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya
karena mereka mempunyai dasar tindakan dan tujuan mulia yaitu nilai-nilai
kebajikan universal. Salah satu nilai-nilai kebajikan universal yaitu Profil
Pelajar Pancasila, yang meliputi Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebhinekaan Global, Bergotong
royong, dan Kreatif.
2.
Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
Setiap murid yang ada di sekolah kita tentunya
mempunyai motivasi dalam melakukan suatu hal. Diane Gossen dalam bukunya
Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia,
yaitu untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, untuk mendapatkan imbalan
atau penghargaan dari orang lain, dan untuk menjadi orang yang mereka inginkan
dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Tujuan dari disiplin positif adalah
menanamkan motivasi yang ketiga, karena motivasi ini merupakan motivasi
intrinsik yang dapat berdampak jangka panjang dan tidak terpengaruh dengan
hukuman maupun hadiah.
Setiap murid pasti pernah melakukan
pelanggaran, seperti berangkat tidak tepat waktu, tidak mengerjakan tugas,
tidak melaksanakan piket kelas, dan sebagainya. Kadang kita sebagai guru sering
memberikan hukuman atau konsekuensi terhadap murid yang melakukan pelanggaran.
Hukuman dan konsekuensi merupakan dua hal yang berbeda. Hukuman bersifat tidak
terencana atau tiba-tiba, hukuman biasanya bersifat satu arah yaitu hanya guru
yang memberikan hukuman dan murid hanya menerima hukuman tersebut tanpa melalui
suatu kesepakatan atau arahan dari guru, hukuman dapat berupa fisik maupun
psikis sehingga dapat menyakiti murid. Sementara konsekuensi sudah direncanakan
atau disepakati antara guru dengan murid, dalam jangka pendek murid tetap
dibuat tidak nyaman, dan pada pelaksanaan konsekuensi guru akan senantiasa
memonitor murid.
Hukuman dan konsekuensi akan menimbulkan
jangka pendek, oleh sebab itu guru perlu menerapkan restitusi jika terdapat
pelanggaran di sekolahnya. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi
murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada
kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)
3.
Keyakinan Kelas
Keyakinan kelas bersifat lebih abstrak
daripada peraturan yang lebih rinci dan konkrit. Keyakinan kelas berupa
pernyataan-pernyataan universal dan senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
Keyakinan kelas dibuat tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami
oleh semua warga kelas dan dapat diterapkan dalam keseharian. Guru dapat
melibatkan murid untuk membuat keyakinan kelas.
Pembentukan keyakinan kelas mempunyai
dampak besar terhadap keberhasilan pembelajaran, karena jika dilaksanakan oleh
guru dan murid dengan penuh kesadaran maka akan menimbulkan perubahan tingkah
laku positif sehingga budaya positif di kelas dapat terbentuk. Keyakinan kelas
yang sudah dibuat sebaiknya tidak hanya diterapkan di dalam kelas saja, tetapi
terus berlanjut pada keseharian sehingga budaya positif dapat terbentuk di
lingkungan sekolah.
4.
Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
Menurut Dr. William Glasser dalam
“Choice Theory” terdapat lima kebutuhan dasar manusia yaitu: Kebutuhan bertahan
hidup, Kasih sayang dan rasa diterima, Penguasaan, Kebebasan, dan Kesenangan.
Kelima kebutuhan dasar manusia ini jika terpenuhi maka akan berdampak positif.
Akan tetapi jika kebutuhan dasar manusia ini tidak terpenuhi maka akan
berdampak negatif. Seorang guru haruslah memahami kebutuhan dasar manusia ini,
untuk mengetahui kebutuhan dasar apa yang sudah terpenuhi atau akan dipenuhi
oleh murid-muridnya untuk mencapai dunia yang berkualitas.
5.
Lima Posisi Kontrol
Salah satu program disiplin positif yang
berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen adalah lima posisi
kontrol. Lima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat merasa bersalah,
Teman, Pemantau, dan Manajer. Lima posisi kontrol yang baik diterapkan dalam
pembelajaran adalah posisi manajer. Hal ini dikarenakan pada posisi manajer
guru akan fokus pada murid, bukan untuk membahagiakan guru atau orang tua,
sehingga akan berdampak murid dapat mengevaluasi dirinya untuk menjadi diri
yang lebih baik.
6.
Segitiga Restitusi
Diane Gossen dalam bukunya Restitution;
Restructuring School Discipline, (2001) telah merancang sebuah tahapan untuk
memudahkan para guru dan orang tua dalam melakukan proses untuk menyiapkan
anaknya untuk melakukan restitusi, yang Bernama segitiga restitusi/restitution
triangle. Segitiga restitusi terdiri dari tiga tahapan yaitu menstabilkan
identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan pada murid.
Pemecahan masalah dengan menggunakan segitiga restitusi diharapkan dapat
menjadikan murid lebih kuat secara pribadi, membuka wawasan murid agar dapat
menyelesaikan permasalahannya sendiri, dan membuat murid semakin percaya diri,
mandiri, bertanggung jawab, dan merdeka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar